Thursday, October 22, 2009

Kucing (lagi)


Kata2nya begitu tajam dan langsung menembus jantungku, aku seketika tertohok dan hampir mati karenanya. Aku menangis menumpahkan air mata duka karena habis sudah upaya menghalaunya. Aku hanya bagaikan seekor kucing yang berhadapan dengan macan, kucing yang tidak bisa apa2, kucing kecil bodoh yang ingin tinggal di hutan yang penuh tantangan. Dan kucing kecil itu ternyata salah, ia memasuki dunia yang salah. Kucing kecil yang hanya bisa berlenggak lenggok dengan keempat kakinya.
“Wahai kucing kecil yang bodoh, apa yang kau lakukan di sini? Lihatlah dirimu, kau hanya menjilati tubuhmu sendiri dan mengibas2kan ekormu sepanjang waktu. Duniamu bukan di sini, kau bahkan hanya seekor kucing kecil yg merepotkan.”
Mungkin benar, tidak ada hal yang bisa kulakukan selain merepotkan orang lain, bahkan mungkin keberadaanku sama sekali tidak pernah diinginkan oleh orang-orang di sekitarku, bahkan mungkin enggan melihatku. Ah, sudahlah… Aku semakin tidak mengerti apa arti semua ini. Meskipun aku tau betul bahwa tidak ada satu makhluk pun yang sempurna di dunia ini, tapi dengan kata2nya, seolah hanya akulah manusia yang tidak sempurna di dunia ini, akulah sang manusia tidak berguna, akulah sang manusia bodoh yang hanya menunggu tercabutnya nyawa karena telah habis waktuku di dunia. Tak ada artinya aku menumpahkan air mata, tak seorangpun yang mampu melihatnya bahkan ketika air mata itu jelas telah mengguyur tubuhku sampai basah, tak ada yg melihatnya sebagai satu duka. Hanya terlihat sebagai satu keadaan yang sepertinya sudah menjadi ketentuan. Aku hanya menerima olok-olok dan cercaan orang lain atas diriku dan bodohnya aku selalu membiarkan itu terjadi dengan alasan tidak ingin menyakiti perasaan orang lain dan mengorbankan perasaanku sendiri. Lantas, kenapa orang lain begitu mudahnya meluluhlantakkan perasaan dan hatiku di saat aku begitu berhati-hati dengan ucapan dan sikapku yg aku khawatirkan menyinggung dan menyakiti orang lain…

No comments:

Post a Comment